Sunday, March 14, 2010

Dan Ketika Hubungan Itu Harus Dijaga...

Dear diary on bloggy!

Aku tuh antara mau marah dan tertawa geli. Pasalnya, gara gara tugas antropologi wanita yang diampu oleh bu Tut[i], aku dan Mizuho harus mewawancarai ibu ibu. Target yang paling membuat aku ingin marah sekaligus tertawa adalah, seorang wanita penjual tiket di Jombor. Hmmm kenapa aku kepikiran beliau untuk diwawancarai? Pertama, aku dan dia saling kenal. Kedua, profesinya sedikit unik karena bukan buruh, juga bukan lain lain [aku ngomong apa???]. Ketiga, setahuku dia agak senggang jadi bisa diwawancara sembari bekerja. Temanya tentang pembagian kerja antara suami dengan istri... Jadilah aku merasa pas... Tetapi...

Brum brum brum... Perjalanan kami pun berlanjut ke Jombor, sebuah terminal bus di Jogja. Sampai di sana, si ibu sedang melayani pembeli tiket. Aku dan Mizu san ngobrol sama bu Yanti yang baru 1 bulan bantu bantu di sana. Makanya aku agak ga familiar sama muka ibu ini. Mas mas yang di kios sebelah hanya mengangguk angguk melihat kedatangan saya dan saya membalas dengan sapa, "Yuk mas..."

Mas itu adalah mas langgananku [heh maksut e opo kie???]

Mizu san dan aku sudah siap sedia, tapi si ibu itu masih saja bersibuk ria. Tak lama aku nyeletuk, "Wah ibu lagi sibuk ya?". Nah, tiada ku sangka, tiada ku duga, sang ibu menjawab sembari menghitung uang yang ada di tangannya, "Ya maapnya ya mbak, habisnya lagi jam angkut. Lah situ kemaren lewat sini ga mampir", kemudian membuang [jauh jauh] mukanya ke arah pembeli tiket.

UASYEM!

Ooooooh ini toh akar masalahnya. Jadi begini sodara sodara. Hari Kamis yang lalu aku ke Jombor dan berhenti di depan kios ibu ini sambil celingak celinguk nyari beberapa teman yang mau survey ke NTT buat KKN. Nah, berhubung anak anak itu ga ada di kios kios yang aku singgahi, aku putar balik dan yah aku akui sedikit tidak menghiraukan ibu itu, toh aku juga ga mau beli tiket kok ya. Pun kalau beli tiket, biasanya di kios sebelahnya!

Aku langsung bilang ke ibu itu, "Oh kemaren itu saya nyari temen bu". Tapi sang ibu [beruang] tetap saja diam dan lirih berkata, "Ya maapnya mbak ya"...

Hueee apa apaan ini? Oooh oke, aku pikir kami saling memanfaatkan aja dah pokoknya... Besok aku ga mau beli tiket di tempat ibu itu haha!

Akhirnya aku dan Mizu san menemukan seorang ibu sedang duduk di depan halaman Monjali dan disitulah kami mengurai cerita selanjutnya... Pengemis yang ternyata lebih mau berbagi cerita... Semoga rejekimu ditambahkan, bu Titi...

Masih panas kie! Dadine tulisanne amburadul...


-little.aya_

1 comment:

  1. Ibu Tuti dan Titi? Wow, bisa kebetulan gitu ya namanya, hihi.

    Blogwalking.. Salam kenal Aya :D

    ReplyDelete

Bantai tulisanku...