Freiburg, Kota Terhijau di Dunia
Aspek terpenting dari kebijakan budaya di Jerman adalah pengembangan alam yang diatur secara federal. Komitmen rakyat Jerman terhadap lingkungan sangat mempertimbangkan keuntungan dan kerugian atas penerapan model kebijakan tersebut. Masyarakat di Freiburg, sebuah kota di Jerman, dikenal karena kecintaan mereka pada kebiasaan bersepeda dan daur ulang sampah. Namun hijaunya Freiburg bukan tercipta tanpa sejarah yang panjang.
Titik tolak kesadaran lingkungan Freiburg bermula pada 1970, saat Jerman berusaha mengurangi ketergantungan energi mereka pada bahan bakar fosil. Bersama Prancis dan Swiss, Jerman menyusun rencana mendirikan pabrik nuklir di sepanjang aliran Sungai Rheine guna memasok energi nasional. Daerah ini dianggap paling tepat, dengan pertimbangan produksi nuklir akan banyak memerlukan air. Sekalipun limbah nuklir itu sendiri akan mengancam kelestarian Hutan Hitam di Jerman, Hutan Jura di Swiss dan Hutan Vosges di Prancis. Akan tetapi hal ini mendapat perlawanan keras terutama dari masyarakat Freiburg karena Hutan Hitam atau yang lebih dikenal dengan Black Forest terdapat di kota Freiburg. Inilah titik awal pengembangan renewable energy di Freiburg dan Freiburg disebut-sebut sebagai pioneer dalam teknologi solar (solar technology).
Freiburg yang disebut sebagai Eco-Green City atau Green City dianggap sebagai salah satu tempat ternyaman di dunia. Menurut Kamil dalam tesis tentang Konsep Kota Hijau oleh Basri (2008) :
“Green City bukan berarti kota yang banyak hijau. Itu hanya salah satu bagian. Green City adalah kota seimbang secara lingkungan, ekonomi yang sehat, juga kota yang memberikan ruang-ruang buat aktivitas sosial.”
Jadi, bisa dikatakan bahwa Green City adalah kota yang direncanakan sedemikian rupa sehingga menjadi kota yang seimbang dan sehat secara lingkungan, baik alami maupun buatan, ekonomi, serta sosial dengan menata sarana dan prasarana yang nyaman, aman, dan alami sesuai dengan kebutuhan kota.
Sustainable Urban Distric “Vauban” : Sebuah Gaya Hidup dan Kontrol Sosial
Sekitar 4 km ke selatan Freiburg, di daerah bekas barak tentara Perancis sebuah distrik baru sedang dibangun di atas lahan seluas 34 hektar yaitu Vauban. Distrik ini terletak di lembah sungai Rhein dan di kaki bukit Black Forest. Distrik ini akan menampung lebih dari 5.000 warga kota dan menciptakan 600 jenis pekerjaan. Tujuan utama dari proyek ini adalah melaksanakan sebuah kota distrik untuk tujuan kerjasama dalam bidang ekologi, sosial, ekonomi dan budaya. Sebuah contoh yang baik dalam proyek ini adalah rumah-rumah yang dapat menghasilkan energi lebih dari yang dibutuhkan oleh penghuninya. Daerah tetangga yang bebas dari mobil (carfree) dengan 5.000 penduduk dibangun pada akhir tahun 1990-an sebagai "sustainable model district". Tenaga solar digunakan untuk berbagai keperluan rumah tangga di komunitas kecil ini.
Mayoritas penduduk Vauban adalah orang-orang dari kalangan ekonomi menengah dengan anak-anaknya. Distrik ini bermaksud membuat 200 apartemen baru untuk perumahan sosial yang disponsori oleh pemerintah pusat dan program negara. Ini membutuhkan usaha yang besar untuk meningkatkan percampuran kelompok sosial dan umur. Di distrik ini, mobil hanya diperbolehkan di area kediaman untuk keperluan antar jemput. Parkir diperbolehkan maksimum selama 25 menit dan hanya di area-area tertentu. Sepanjang jalan utama, batas kecepatan maksimum adalah 30km/jam dan 5km/jam di sekitar kediaman warga. Batasan kecepatan ini digolongkan sebagai kecepatan berjalan atau walking speed. Konsep ini kembali lagi kepada pembangunan terintegrasi Freiburg yang sangat peduli dengan jarak pejalan kaki dengan pesepeda.
Hanya sebagian kecil dari area Vauban yang dizonakan untuk pekerjaan, walau demikian, toko-toko dan bisnis kecil-kecilan juga dilokasikan di sepanjang Vauban. Toko-toko kecil dan kafe-kafe didstribusikan di sepanjang Vaubanallee, memanfaatkan shelter atau bangunan-bangunan yang panjang. Ada dua jenis supermarket dengan ukuran sedang, salah satunya hanya menjual produk-produk organik. Supermarket ini terletak di persimpangan jalan Merzhauser, dimana hampir seluruh pembeli muncul dengan sepeda atau berjalan kaki. Akan tetapi seorang warga menemukan bahwa ada kecenderungan warga Vauban yang memiliki mobil untuk berbelanja di tempat lain. Penduduk harus menandatangani perjanjian awal apakah mereka akan mempunyai sebuah mobil atau tidak. Para pemilik mobil harus membeli sebuah lahan untuk menyimpan mobil di salah satu tempat penyimpanan bersama.
Masing-masing tempat berharga sekitar 17.500€ (£12.500) ditambah iuran bulanan untuk menutupi biaya rutin. Harga ini tentu akan memakan biaya yang sangat besar bagi pemilik mobil, belum lagi ditambah dengan pajak, dan bermacam-macam biaya permobilan di Freiburg. Diperkirakan, para pemilik mobil akan mencoba untuk mengelak peraturan-peraturan tersebut. Di lain pihak, sejumlah flat untuk disewa jumllahnya sangat sedikit. Terutama untuk orang dengan penghasilan yang sedikit, mereka mempunyai kesulitan untuk menemukan apartemen. Alasan utamanya adalah bahwa pemerintah pusat dan negara mensubsidi bangunan itu sehingga disebut sebagai "social flats" yang jumlahnya semakin lama semakin dikurangi.
Di Vauban, kehidupan hijau (green living) sangat diwajibkan. Hal ini sejalan dengan sebutan Freiburg sebagai Green City. Di sisi lain, hal ini juga menimbulkan berbagai macam kontrol sosial. Jika seseorang berjalan di kawasan ini dengan membawa tas belanjaan Aldi maka mereka tidak akan dilayani karena dianggap berbelanja di toko yang menawarkan diskon dan tidak membeli produk organik. Hal ini menimbulkan rasa takut pada beberapa orang karena semua orang mengharapkan persamaan pandangan dan cara hidup hijau. Tentu saja hal ini juga mengindikasikan bahwa seseorang itu tidak boleh memiliki sebuah mobil. Mereka menuntut tetangga mereka untuk tidak mempunyai sebuah mobil padahal secara individual mereka sadar bahwa mereka butuh sebuah mobil. Ada yang punya mobil tapi tidak mengakui bahwa itu adalah miliknya dan memarkir mobil mereka di Merzhausen, sebuah desa yang sangat dekat dengan Vauban. Bahkan ada juga kelompok “radikal” yang sangat pro car-free dan ini membuat para pemilik mobil merasa tidak nyaman dan sering menimbulkan konflik sosial.
Tidak selamanya peraturan yang dibuat sedemikian rupa dan mengikat masyarakat secara masif dapat memberikan rasa aman dan nyaman. Di mana ada peraturan, di sana ada pelanggaran. Baik pelanggaran yang dikenakan sanksi hukum maupun sanksi sosial. Sebagaimana informasi yang saya dapat dari Alex (tandem partner terdahulu), bahwa Vauban menjadi sebuah gaya hidup baru bagi masyarakat Freiburg. Bagi mereka yang sangat cinta lingkungan, hal ini sangat cocok bagi mereka. Ternyata Freiburg yang dielu-elukan sebagai Green City juga mempunyai sisi negatif atas kepeduliannya terhadap lingkungan.
Konflik merupakan salah satu sisi kehidupan manusia dalam menjalin interaksi sosialnya. Dalam menjalin interaksi sosial paling tidak ada tiga bentuk hubungan sosial yaitu kerjasama, persaingan, dan konflik. Secara operasional konflik diartikan sebagai suatu hubungan sosial yang terwujud sebagai interaksi sosial antara dua pihak (bisa individu atau kelompok) atau lebih, yang tidak menunjukkan kesepahaman, keserasian, kesepakatan, atau tidak memiliki tujuan yang sama dalam memperjuanggkan kepentingannya atau kepentingan kelompoknya.
Referensi
Basri, Ardi. 2008. “Konsep Kota Hijau (Green City) sebagai Model Perencanaan Kota Baru Pesisir SK : Kawasan Sasa Sebagai Embrio Pengembangan Kota Ternate”. Tesis. Tidak dipublikasikan. Studi teknik Arsitektur Konsentrasi Desain Kawasan Binaan Pasca Sarjana UGM.
Roselan, Mark. 1997. “Eco-City Dimensions : Healthy Communities Healthy Planet”. New Society Publishers. Canada.
Internet
kunjungan..
ReplyDeleteahaha selamat makaaaaaaaaan eh salah, selamat dataaaaaaaang wong palembang ahahaaaaaa
ReplyDelete